Yogyakarta merupakan
propinsi dengan latar budaya yang kental dan dikenal sebagai kota pendidikan. Selain
kedua hal tersebut, kekayaan alam yang melimpah menjadi daya tarik tersendiri
bagi penduduknya. Gunung merapi yang menjadi salah satu icon alam yang
menakjukkan yang menyimpan kekayaan yang begitu melimpah. Abu vulkanik sisa
dari letusan gunung merapi membuat tanah-tanah di daerah sekitar merapi menjadi
subur dan memiliki potensi menjanjikan dalam pertanian.
Desa Blotan
Wedomartani Ngemplak Sleman yogyakarta merupakan salah satu daerah yang
letaknya dekat dengan kaki gunung merapi. Sebagian besar mata pencaharian
penduduknya ialah dengan bercocok tanam. Penduduk desa blotan umumnya memiliki
sawah atau ladang secara pribadi dan mereka sendiri yang mengolah serta
memanfaatkannya. Umumnya lahan yang masyarakat miliki dimanfaatkan untuk
menanam berbagai macam tanaman yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk keluarga
dan maupun untuk dijual.
Menurut bu
sukira, salah satu warga desa Blotan yang memiliki lahan pertanian, “walaupun
saya memiliki lahan yang tidak terlalu luas, saya selalu berupaya memanfaatkannya
sebaik mungkin agar kebutuhan keluarga saya terpenuhi dan memperoleh
penghasilan”. Bu sukira dan suaminya memiliki lahan pertanian seluas 2300
meter. Lahan tersebut ditanami berbagai macam tanaman seperti jagung, kacang
tanah, cabai, dan terong. Biasanya tanaman yang ditanam berbeda dan disesuaikan
dengan musim. Jika tidak sedang menanam padi, lahan tersebut akan ditanami
berbagai macam sayuran yang umur penyimpanannya tidak terlalu lama. Bila tanaman-tanaman
tersebut sudah siap panen, biasanya bu sukira menjualnya kepada distributor
atau menjualnya langsung ke pasar tradisional. Proses penanaman tanaman
semuanya dilakukan oleh bapak sukira seorang diri, sedangkan bu sukira membantu
dalam perawatan, pemeliharaan, dan saat panen tiba. Biasanya masa panen terjadi
3 kali dalam setahun, tetapi tetap tergantung pada jenis tanaman yang ditanam.
lahan pertanian yang tidak terlalu luas
berbagai macam tanaman yang ditananam, seperti cabai, jagung, dan terong
Metode pertanian
yang dilakukan oleh keluarga bapak sukira adalah dengan sistem pertanian
campuran. Maksud dari sistem pertanian campuran ialah dalam satu lahan
pertanian yang sama ditananami berbagai jenis tanaman berbeda dan dalam waktu
yang sama, walaupun masa panennya berbeda. Selain itu bapak sukira sudah
melaksanakan pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan merupakan pemanfaatan
sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak
dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian
dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Selain itu
pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosio ekonomi,
yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan
input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi
tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian
(on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan
menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada
pelaksanaan pertanian.
Berdasarkan pengalaman
yang sudah dilakukan oleh keluarga bapak sukira, hasil pertanian diaplikasikan
untuk ekonomi dan kebutuhan keluarga, selain itu juga teknik penanamannya
dengan membuat guludan yang ditanami beranekaragam jenis tanaman. Antar guludan
yang membentuk sebuah parit sempit yang digunakan sebagai tempat penyerapan air
hujan dan efektif mencegah banjir. Pupuk yang digunakan juga beragam, ada yang
berasal dari pupuk kompos dan ada juga yang berasal dari pupuk UREA.
Hama yang
paling sering menyerang tanaman bapak sukira adalah jenis wereng, dan cara
mereka mengatasinya ialah dengan menyemprotkan pestisida. Sehingga pengaruhnya
dalam lingkungan cukup baik, hanya saja pengaruh dari pupuk UREA dan pestisida
kurang bagus untuk hasil panen.
jenis hama wereng pada tanaman kacang tanah dan cabai
Aplikasi dalam
sosial masyarakat masih kurang, karena lahan yang tidak terlalu luas sehingga
dapat dikerjakan oleh bapak dan ibu sukira sendiri.
Narasumber : bu Sukira
Pustaka
Anonim, 29
juni 2001, Pertanian Berkelanjutan, http://www.lablink.or.id/Agro/agr-sust.htm,
diakses pada 27 november 2012
Rija Sudirja, 20 november 2012, Sistem Pola
Tanam Pertanian Berkelanjutan, http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/pertanian/3185-sistem-pola-tanam-pertanian-berkelanjutan.html,
diakses pada
27 november 2012