Selasa, 27 November 2012

Sistem Pertanian Campuran Dalam Pertanian Berkelanjutan




Yogyakarta merupakan propinsi dengan latar budaya yang kental dan dikenal sebagai kota pendidikan. Selain kedua hal tersebut, kekayaan alam yang melimpah menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduknya. Gunung merapi yang menjadi salah satu icon alam yang menakjukkan yang menyimpan kekayaan yang begitu melimpah. Abu vulkanik sisa dari letusan gunung merapi membuat tanah-tanah di daerah sekitar merapi menjadi subur dan memiliki potensi menjanjikan dalam pertanian. 

Desa Blotan Wedomartani Ngemplak Sleman yogyakarta merupakan salah satu daerah yang letaknya dekat dengan kaki gunung merapi. Sebagian besar mata pencaharian penduduknya ialah dengan bercocok tanam. Penduduk desa blotan umumnya memiliki sawah atau ladang secara pribadi dan mereka sendiri yang mengolah serta memanfaatkannya. Umumnya lahan yang masyarakat miliki dimanfaatkan untuk menanam berbagai macam tanaman yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk keluarga dan maupun untuk dijual. 

Menurut bu sukira, salah satu warga desa Blotan yang memiliki lahan pertanian, “walaupun saya memiliki lahan yang tidak terlalu luas, saya selalu berupaya memanfaatkannya sebaik mungkin agar kebutuhan keluarga saya terpenuhi dan memperoleh penghasilan”. Bu sukira dan suaminya memiliki lahan pertanian seluas 2300 meter. Lahan tersebut ditanami berbagai macam tanaman seperti jagung, kacang tanah, cabai, dan terong. Biasanya tanaman yang ditanam berbeda dan disesuaikan dengan musim. Jika tidak sedang menanam padi, lahan tersebut akan ditanami berbagai macam sayuran yang umur penyimpanannya tidak terlalu lama. Bila tanaman-tanaman tersebut sudah siap panen, biasanya bu sukira menjualnya kepada distributor atau menjualnya langsung ke pasar tradisional. Proses penanaman tanaman semuanya dilakukan oleh bapak sukira seorang diri, sedangkan bu sukira membantu dalam perawatan, pemeliharaan, dan saat panen tiba. Biasanya masa panen terjadi 3 kali dalam setahun, tetapi tetap tergantung pada jenis tanaman yang ditanam.


         lahan pertanian yang tidak terlalu luas

berbagai macam tanaman yang ditananam, seperti cabai, jagung, dan terong


Metode pertanian yang dilakukan oleh keluarga bapak sukira adalah dengan sistem pertanian campuran. Maksud dari sistem pertanian campuran ialah dalam satu lahan pertanian yang sama ditananami berbagai jenis tanaman berbeda dan dalam waktu yang sama, walaupun masa panennya berbeda. Selain itu bapak sukira sudah melaksanakan pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan merupakan pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Selain itu pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosio ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.

Berdasarkan pengalaman yang sudah dilakukan oleh keluarga bapak sukira, hasil pertanian diaplikasikan untuk ekonomi dan kebutuhan keluarga, selain itu juga teknik penanamannya dengan membuat guludan yang ditanami beranekaragam jenis tanaman. Antar guludan yang membentuk sebuah parit sempit yang digunakan sebagai tempat penyerapan air hujan dan efektif mencegah banjir. Pupuk yang digunakan juga beragam, ada yang berasal dari pupuk kompos dan ada juga yang berasal dari pupuk UREA. 

Hama yang paling sering menyerang tanaman bapak sukira adalah jenis wereng, dan cara mereka mengatasinya ialah dengan menyemprotkan pestisida. Sehingga pengaruhnya dalam lingkungan cukup baik, hanya saja pengaruh dari pupuk UREA dan pestisida kurang bagus untuk hasil panen.


jenis hama wereng pada tanaman kacang tanah dan cabai
 
Aplikasi dalam sosial masyarakat masih kurang, karena lahan yang tidak terlalu luas sehingga dapat dikerjakan oleh bapak dan ibu sukira sendiri.
Narasumber : bu Sukira





Pustaka
Anonim, 29 juni 2001, Pertanian Berkelanjutan, http://www.lablink.or.id/Agro/agr-sust.htm, diakses pada 27 november 2012

Rija Sudirja, 20 november 2012, Sistem Pola Tanam Pertanian Berkelanjutan, http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/pertanian/3185-sistem-pola-tanam-pertanian-berkelanjutan.html, diakses pada 27 november 2012

 


2 komentar: